Monday, January 22, 2007

Grafiti di kelas kita

Kenapa Loreta koq dibaca menjadi lonte ya? Di pojok kanan belakang kelas 1.1 terdapat sebuah pintu berwarna kuning kusam yang menghubungkan kelas kami dengan kelas 1.2. Sebuah tulisan "loreta" dengan gaya lucida handwriting (red : cakar ayam) tergores di sana. Entah spidol atau arang, aku kurang tahu apa yang digunakan untuk menuliskan kata "loreta" di situ.
Masih ingat BM Diah kan? Nah, BM Diah yang ini bukanlah salah satu tokoh proklamasi temennya Sayuti Melik, BM Diah... adalah Bapak Muhammad Diah alias guru fisika kita. Berkat beliaulah, aku tidak punya minat sama sekali terhadap pelajaran fisika. Waktu itu dia marah-marah karena ada bungkus permen yang dibiarkan merdeka di lantai kelas. Akibatnya seorang di antara kita (siapa ya?) kena hukuman. Klo gak salah hukumannya adalah niup bungkus permen itu sampai keluar dari lantai kelas atau suruh push up ya? aku agak lupa. Trus dia ngomel-ngomel sambil nyebutin kenapa ada murid yang nulis "lonte" di pintu pojok kanan belakang. Emang ada tulisan "lonte" di sana? Apakah tulisan "loreta" itu dibaca menjadi "lonte" atau memang ada tulisan lonte yang kemudian dihapus pake cat atau ada setan yang nulis kata "lonte" terus otomatis bisa ngilang sendiri? hehehe ada yang bisa klarifikasi?
---
Di tembok belakang kelas 1.1 terdapat tulisan berbentuk parabola "DO THE BEST", klo gak salah pake kertas arturo warna biru. Ada beberapa teman yang ternyata bingung dengan tulisan itu. Nah apakah kalian termasuk golongan yang bingung dengan tulisan itu?. Kita lihat. Tulisan DO THE BEST yang dipasang di tembok kelas itu memang tidak dilengkapi dengan tanda baca (atau barangkali copot?). Kira-kira maksud tulisannya adalah DO THE BEST ? (pake tanda tanya) atau DO THE BEST ! (pake tanda seru) ? Kayaknya ada yang berfikiran bahwa tulisan itu adalah kalimat tanya alias DO THE BEST ?. Sadarlah teman, bukan itu maksudnya, hehehe.
---
Tulisan jelek pake type x yang mencemari meja dan kursi yang sangat terkenal di kelas 1.1 adalah... Masih ada yang ingat? Ini adalah ulah kakaknya yuli wiyati alias "Ivan Pernah Di Sini". Adakah diantara kalian yang pernah meninggalkan grafiti di kelas kita? Hayoo ngaku saja, aa yang nulis AWDS di sebuah kursi (bagian belakang) dan aku tahu benar siapa pelakunya, ada yang nulis rumus kimia dan rumus fisika, ada pengakuan lainnya?

Wednesday, January 10, 2007

Semalam Bersama "B"

Wajah ingusan itu tetap menempel dimukanya, walau kutahu dia sebentar lagi menjadi ayah. Hanya saja perut sudah mulai membuncit dan kulit semakin gelap, persis mencerminkan betapa dia tinggal di tempat yang jauh dari peradaban (kekekek). Keluar dari peron stasiun gambir, hanya menyandang sebuah tas dan sebuah buntelan tas plastik. Kusalami, sejenak basa-basi dan segera cari taksi. Spanjang Gambir - Setiabudi, dia asyik bercerita tentang pekerjaannya, tentang amburadulnya data gathering ala BPS, tentang uang sisa proyek yang harus dihabiskan walaupun sisa, tentang susahnya jadi pimpro, tentanggodaan-godaan berbuat curang dan tetek bengeknya. Ah... wajah memang ingusan, tapi kayaknya udah ada kemajuan.
Dia harus terbang ke kendari esok pagi, dan check in jam enam pagi. Pupus sudah harapanku untuk nganter ke bandara naik damri.
Pas nyampe setiabudi timur I nomor 8A, soni juga kebetulan sudah datang, giliranku sekarang nraktir dia mie ayam (biasanya klo maen ke ngempon, andalannya ditraktir mie ayam). Malam pun mulai datang, layaknya teman yang lama gak ketemu, asyiklah ngomongin masa lalu, mulai dari ngomongin kelakuan konyol kami yang menyumbang penderitaan bagi teman lain, sampe ngomongin kenapa dia bisa terdampar di sebuah kabupaten baru bernama Dombana (klo gak salah tulis, kayaknya negeri antah berantah)
Lepas isya', dia mulai cerita tentang nikmatnya menikah, terus mencoba menggoda kami bahwa malam pertama itu luar biasa rasanya walaupun dia jug bercerita bahwa melalui malam pertama dengan sukses bukanlah suatu hal yang mudah, butuh kesabaran, pemanasan, pelemasan, doa dan tentunya kekuatan (lagi-lagi kekekeke). Untung ada Dwi dan Adi yang membantu lewat sms (emangnya sekarang gituan bisa pake sms ya? wah ini tehnologi 4G namanya, huahahahaha). Yah pokoknya gitu deh, membuatku (seperti kata Adi) butuh tatih tayang.
Setelah makan malam, bincang-bincang dilanjutkan sampe jam 1 malam, sampe akhirnya mereka berdua tertidur sedangkan aku masih memelototi layar untuk membuat Saladin menguasai seluruh dunia sebelum 1860 AD.
Nyaris jam 5 pagi, dia membangunkanku (soni juga), pamit akan segera berangkat ke bandara. Taksi udah menunggu di depan kos, so... selamat jalan ya, hati-hati Adam Air belum ketemu tuh. Diapun berangkat, dan aku lanjutkan mimpiku menguasai dunia. Tengah hari muncul sms, dia sudah ada di makassar daan harus menunggu penerbangan ke kendari (5 jam nunggunya) dan katanya naik taksi habis 100 ribu, hehehe biar tahu mahalnya hidup di jakarta yah. Kali laen klo nyari tiket pesawat yang siangan atau sore gitu loh.
Kutunggu di jakarta bulan depan yah, jangan kapok.